A. Nilai Ontologik
Ontologi adalah status filsafat umum yang sering disebut sebagai metafisika umum. Ontology dapat dipahami sebagai “pohon” filsafat, atau filsafat itu sendiri. Sebagai pihin filsafat, ontology mempersoalkan apa yang ada dibalik “ yang ada” atau hakikat yang ada. Yaitu meliputi pertanyaan tentang hakikat Tuhan sebagai sang pencipta alam, baik secara terpisah maupun secara terkait di dalam satu kesatuan.
Cakupan ilmu pengetahuan adalah ilmu pengetahuan manusia dan masyarakatnya, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan ketuhanan. Oleh karena itu, filsafat dan ilmu pengetahuan mempunyai objek penyelidikan yang sama, yaitu sama-sama menyelidiki manusia, alam, tuhan sang pencipta. Perbedaannya terletak pada kualitas sasaran yang dituju. Filsafat kualitas sasarannya bersifat metafisik secara utuh menyeluruh, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari jenis, bentuk, sifat, dan susunan fisik menurut bagian-bangian tertentu secara terpisah-pisah.
Terhadap objek manusia, contohnya filsafat memandang dan menyelidiki manusia secara utuh menyeluruh, melainkan menembus sampai kepada apa yang ada di baliknya. Tetapi ilmu pengetahuan manusia, penyelidikannya terhenti pada sifat-sifat fisis menurut jenis, bentuk, dan susunan objek manusia itu. Karena segi fisik manusia itu actual dalam berbagai wujud dan keadaan, maka antropologi cenderung mempunyai berbagai jenis cabang.
Kecendrungan ilmu pengetahuan tersebut, jika terlepas dari ikatan filsafat, niscaya akan terjadi saling memisah yang tajam antara yang satu dengan yang lain. Akan tetapi didalam ikatan filsafat justru, pluralitas ilmu pengetahuan itu menggelarkan eksistensinya yang semakin lengkap dan fungsional. Tetapi jika masing-masing cabang tidak terikat hubungan seperti itu niscaya akan menghancurkan ilmu pengetahuan induknya, jika ilmu pengetahuan induk itu hancur, maka ilmu pengetahuan cabang pasti akan mudah terseret ke dalam wujud berbagai tuntutan praktis, prakmatis yang semakin jauh dari nilai-nilai ilmiah.
Dengan demikian, setiap ilmu pengetahuan memperoleh nilai ilmiah, universal dari filsafat, yaitu berupa wawasan atau pandangan yang menyeluruh, luas dan mendalam. Wawasan yang demikian sangat berguna bagi setiap ilmu pengetahuan untuk selalu bersikap kritis terhadap bidang studinya, sehingga tujuan keilmuannya tetap menjadi pengarah kegiatan penyelidikannya. Oleh sebab itu, filsafat ilmu pengetahuan akan berkembang secara metodologi, sistematik, sehingga mampu menemukan kebenaran yang ilmiah objektif.
- Nilai Epistimologi
Epistimologi adalah bidang study filsafat manusia ( menurut pandangan filsafat Yahudi ) yang mempersoalkan hal-ihwal pengetahuan, yang meliputi antara lain bagaimana memperoleh pengetahuan, sifat hakikat pengetahuan dan kebenaran pengetahuan. Dari persoalan-persoalan yang dikemukakan oleh epistimologi itu terkandung nilai, yaitu berupa jalan atau metode penyelidikan kea rah tercapainya pengetahuan yang benar.
Adapun metode yang dimaksud adalah metode analisis dan sintesis yang masing-masing dilengkapi dengan peralatan induktif dan deduktif. Keduanya adalah metode dasar yang berlaku bagi ilmu pengetahuan apapun. Dengan demikian, melalui ke dua metode ini pun ilmu pengetahuan yang beraneka ragam itu saling meningkatkan diri ke dalam satu kesatuan yang utuh.
Kecuali itu, melalui pngetahuan yang benar sebagai hasil penyelidikan kedua metode tersebut, keanekaragaman ilmu pengetahuan dan yang juga terpisah-pisah itu menjadi seragam dalam satu kesatuan sifat hakikat kebenaran. Apakah kebenaran yang koheren-idealistik, yang koresponden-realistik, ataukah yang prakmatik, adalah bukan sifat kebenaran yang saling terpisah antara yang satu dengan yang lain. Ketiga sifat kebenaran itu, merupakan unsure yang sama-sama membentuk pengetahuan yang benar mengenai objek apa saja. Bagi setiap ilmu pengetahuan, kebenaran yang didambakan bukan hanya yang bersifat rasional ( koheren-idealistik ) saja, melainkan juga yang mampu menunjuk faktanya secara cepat dan bahkan kebenaran itu haruslah berguna baik bagi penelitian lanjutan maupun bagi kehidupan manusia dan masyarakatnya. Demikianlah, terhadap ilmu pengetahuan pada umumnya, filsafat memberikan pedoman tentang penggunaan metode penyelidikan yang tepat dan ukuran kebenaran juga.
- Nilai Estetika
Estetika juga merupakan bidang study filsafat manusia yang mempersoalkan hal-ihwal nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa, didalam diri segala sesuatu terdapat unsure-unsur yang tetata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan yang utuh menyeluruh.
Bagi ilmu pengetahuan yang beraneka ragam itu, filsafat berfungsi sebagai pengikat keseragaman dan kesatuan. Keanekaragaman ilmu pengetahuan yang berada secara terpisah-pisah antara satu dengan yang lain itu menjadi seragam dan tertata secara tertib dan harmonis dalam kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh di dalam obyek, metode dan teori kebenaran filsafat.
Adapun tatanan ilmu pengetahuan yang beraneka ragam itu dapat digambarkan sebagai berikut. Pangkal segala macam ilmu pengetahuan adalah filsafat (ontology atau metafisika umum). Pada waktu filsafat mempersoalkan manusia, alam dan tuhan sang pencipta, maka muncul cabang-cabang seperti filsafat manusia.(the philosophy of human being), filsafat alam ( cosmology) dan filsafat ketuhanan ( the philosophy of god ).
Objek-objek itu di persoalkan bukan lagi tentang hakikatnya, melainkan sifat-sifat keberadaannya, sehingga muncullah berbagai ilmu pengetahuan empiris, seperti antropologi, fisika, kimia, matematika, teologi, dsb. Kemudian berbagai ilmu pengetahuan empiris, berkembang menjadi semakin praktis-prakmatis yang bertujuan untuk mengatasi persoalan-persoalan konkrit, yaitu demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Yang termasuk ke dalam ilmu pengetahuan ini adalah teknologi dengan berbagai jenisnya.
Jadi, tatanan ilmu pengetahuan itu tersusun dari jenis-jenis kefilsafatan, yaitu sebagai sumber yang membangun dasar-dasar yang objektif, seperti yang dikembangkan oleh berbagai ilmu pengetahuan empiriks-positive. Kemudian teori-teori objektiv itu dipaka sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan terapan yang bersifat praktis-prakmatik itu.
Dengan berpangkal dari filsafat ilmu, pengetahuan yang beraneka ragam itu maka tetatalah suatu jalinan hubungan yang tertib, harmonis dan dinamis, sehingga mengandung nilai keindahan.
- Nilai Etik
Nilai ini berdasar pada etik yang juga merupakan salah satu bidang study filsafat manusia. Didalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan. Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab, baik tanggung jawab trhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan sebagai Sang Pencipta. Bagi ilmu pengetahuan, masalah tanggung jawab itu meliputi dua hal yaitu: tanggung jawab ilmiah dan tanggung jawab moral.
Tanggung jawab ilmiah (intelektual) adalah sejauh mana ilmu pengetahuan melalui metode dan pendekatan, metode dan system yang dipergunakan itu mampu memperoleh kebenaran obyektif, baik secara koheren-idealistik, koresponden-realistik maupun secara pragmatic-empirik. Sedangkan tanggung jawab moral adalah dengan berpangkal pokok bahwa ilmu pengetahuan adalah dari, oleh dan untuk manusia. Untuk mengetahui sejauh mana kebenaran obyektif itu dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia.
Jadi dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa bagi ilmu pengetahuan pada umumnya, filsafat berguna dalam hal :
1. Sebagai sumber atau induk ilmu pengetahuan.
2. Memberikan kejelasan obyek dan lingkumgan study.
3. Memberikan dasar-dasar metode penelitian.
4. Memberikan tempat dan kedudukan yang tepat kepada setiap ilmu pengetahuan didalam suatu hubungan yang tertib, teratur, harmonis dan dinamis serta didalam satu kesatuan yang utuh menyeluruh.
5. Memberikan pedoman sikap ilmiah untuk menemukan kebenaran yang objektif ilmiah.
6. Memberikan nilai keilmuan kepada setiap ilmu pengetahuan.
7. Memberikan arah dan tujuan bahwa kebenaran ilmiah itu tidak lain demi kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar